Berbondong-bondong ke stadion, atau masang layar tancep terus ditonton sama-sama. Teriak-teriak dukung Timnas kesayangan mereka main sepak bola lawan Negara tetangga. Kasih dukungan, kasih doa, blablabla.
Katanya Nasionalisme. Katanya karena cinta tanah air, cinta Indonesia.
Sementara beberapa hari yang lalu, gambar para pendemo tercetak besar di cover depan sebuah koran. Masyarakat setempat memegang spanduk bertuliskan :
SBY : Sumber Bencana Yogya
Jadi, Nasionalisme hanya bisa diukur dari dukungan para penonton sepak bola ? Nasionalisme hanya bisa diukur dari kebanggaan terhadap Timnas ?
Dangkal !
Ada pemimpin Negara yang dicaci-maki. Ada pemimpin yang nggak pernah lelah berusaha memajukan negaranya, berusaha menopang runtuh negaranya dari banyak bencana yang mengancam, tapi justru beliau harus merasakan jajahan dari orang-orang yang seharusnya mendukung beliau dan turut andil dalam kenegaraan.
Katanya bangga dengan demokrasi.
Demokrasi bukan berarti teriak-teriak anarkis. Orasi menuntut yang macam-macam dari Presiden. Bukan sekedar itu. Demokrasi itu dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Jadi, supaya keinginan bersama juga bisa terwujud, kita semua harus do something ! Bukannya justru berkoar-koar menyalahkan kinerja Presiden yang dianggap ecek-ecek.
Posisikan dirimu sebagai Presiden. Beratnya, tanggung jawabnya, pengorbanannya, semuanya. Posisikan dirimu yang diinjak-injak setelah perjuangan dan pengorbanan kerasmu untuk mendapatkan yang terbaik demi milyaran pendudukmu. Posisikan dirimu seperti beliau. Apa kamu sanggup ?
Jadi, Nasionalisme nggak cuma bisa diukur dari dukungan kita buat Timnas kan ?
1 komentar:
postingannya cukup lugas nan tajam...^_^
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)