Rabu, 12 Januari 2011

Kopi


source : Google



Bagaimana kalau aku memanggilmu Kopi ?

Kamu tahu kopi, kan ? Digandrungi banyak orang, kamu wangi, hangat, teman setia saat penat, penentram saat hari hujan. Ya, kamu itu candu bagi banyak orang.

Kopi dan hujan adalah kombinasi dua hal yang aku suka. Dan kamu, tak pernah lelah kusanding untuk berdua di meja makan menikmati rintik hujan yang menggoda dari balik jendela kaca, yang selalu kudoakan agar jangan cepat habis guyurannya. Itulah momen-momen terbaik yang selalu kau sediakan waktu untuk melewatinya bersamaku.

Tapi seperti kopi pula, ketersediaanmu dalam toples hari-hariku juga makin menipis. Sepertiga,, separuh, hingga habis sama sekali. Candumu membuatku jatuh sakit sehngga aku tak bisa menikmati rayuan aromamu kapanpun aku mau. Dan kamu, tergantikan oleh kehadiran secangkir teh. Aku tak terlalu suka. Teh tak sewangi kamu, teh tidak memiliki kafein sepertimu sehingga dia tidak bisa menenangkan penatku, teh juga bukan teman yang ingin kuhadirkan untuk menemaniku saat hari hujan. Teh, bagiku hanya sebentuk substitusi setelah aku harus merelakanmi.

Dan aku, mulai menyebutmu Kopi sejak aku sadar bahwa aku adalah seorang gadis bergolongan darah O. Terlalu banyak menghilangkan penat dengan secangkir kopi berkafein akan membuatku jatuh sakit, membuatku tak sehat. Seperti kamu, yang tidak bisa selamanya aku miliki karena rasa sakit yang kamu bentuk di hatiku…

4 komentar:

prdnk mengatakan...

Pus, itu paragraf terakhir kalimat pertama kok rada ambigu ya kalimatnya? :S

Putripus mengatakan...

yang "dan kau" iku yo mbak ? wkwkwk salah ketik, ntar ta'ganti..
thaaanks :*

andri K wahab mengatakan...

hmmm...trs udah beli kopi blm pus, di toko sebelah ?...

* selalu keren postingan km...mantafff...^_^

Putripus mengatakan...

wahaha tenaaang masih ada teh, kopinya nggak perlu..
makasih maaas :)

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com